Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Nilai
ILMU PENGETAHUAN, TEKHNOLOGI, DAN NILAI
C.
Ilmu Pengetahuan, Tekhnologi, dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau
moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui
kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ilmu
dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika
(Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu
merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan
perilakunya baik secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan ilmu
pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara
objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode
keilmuwan yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu
ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah
mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena
ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis,
tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.
Istilah
ilmu diatas, berbeda dengan istilah pengetahuan. Ilmu adalah diperoleh melalui
kegiatan metode ilmiah (epistemologi) yang merupakan pembahasan bagaimana
mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu terjamin dalam kegiatan metode
ilmiah (èkegiatan meyusun tubuh pengetahuan yang bersifat logis, penjabaran
hipotesis dengan deduksi dan verifikasi atau menguji kebenarannya secara
faktual; sehingga kegiatannya disingkat menjadi logis-hipotesis-verifikasi atau
deduksi-hipotesis-verifikasi).
Sedangkan pengetahuan adalah
pikiran atau pemahaman diluar atau tanpa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat
dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber
pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense)
yang disertasi mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa
pembalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para
Nabi atau UtusanNya).
Ilmu
pengetahuan pada dasarnya memiliki 3 (tiga) komponen penyangga tubuh
pengetahuan yang disusunnya dimana ketiganya erat kaitannya dengan nilai moral
yaitu:
1.
Ontologis (Objek Formal Pengetahuan)
Ontologis
dapat diartikan hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup wujud yang menjadi objek penelaahannya
2.
Epistemologis
Epistemologis
seperti diuraikan diatas hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi tubuh pengetahuan.
3.
Aksiologis
Aksiologis
adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Kaitan
ilmu dan teknologi dengan nilai moral, berasal dari ekses penerapan ilmu dan
teknologi sendiri. Dalam hal ini sikap ilmuwan dibagi menjadi dua golongan:
1.
Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netral terhadap
nilai-nilai baik secara ontologis maupun aksiologis, soal penggunaannya
terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau
buruk. Golongan ini berasumsi bahwa kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai
nilai, sehingga nilai-nilai kemanusiaan lainnya dikorbankan demi teknologi.
2.
Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netral hanya
dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan
penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asa moral atau nilai-nilai. Golongan
ini berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahui ekses-ekses yang terjadi apabila
ilmu dan teknologi disalahgunakan.
Nampaknya
ilmuwan golongan kedua yang patut kita masyarakatkan sikapnya sehingga ilmuwan
terbebas dari kecenderungan “pelacuran” dibidang ilmu dan teknologi dengan
mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Sumber
: http://furikurniati.webs.com
Komentar
Posting Komentar